ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin mempunyai fungsi sebagai pengatur dari berbagai proses tubuh, melalui kegiatan hormon-hormon. Hormon merupakan bahan kimia yang disintesa oleh kelenjar dibawah kontrol genetic dan kemudian disekresikan menuju darah. Sistem endokrin mempunyai sel-sel target spesifik di dalam tubuh dan mengontrol bermacam-macam fungsi fisiologis. Perubahan pada fungsi kelenjar endokrin, hormon-hormon, atau aktifitas sel target, biasanya mempunyai pengaruh yang cukup lama. Banyak penyakit endokrin yang prosesnya lambat dan tidak ketahuan gejala-gejalanya, banyak fungsi tubuh yang dikontrol oleh sistem endokrin merupakan sistem yang vital, disfungsi sistem ini akan menimbulkan keadaan yang serius dan fatal.
STRUKTUR DAN FUNGSI NORMAL
Sistem endokrin bersama dengan sistem saraf mengontrol dan mengintegrasikan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bekerja sama untuk mempertahankan homestasis. Secara erat kaitan kedua fungsi mereka, sehingga tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya pada karakteristik tertentu. Misalnya kelenjar medula adrenal dan kelenjar hipofise posterior berasal dari saraf. Jika kelenjar dirusak atau diangkat, fungsi dari kelenjar-kelenjar ini akan diambil alih sistem sarap.
Walaupun peran komunikasi dan integrasi dari sistem endokrine dan saraf sama, namun cara bekerja dari masing –masing sistem berbeda.Sistem saraf mengirim pesan melalui serat-serat saraf dan respon saraf secara cepat dan selektif. Juga efek saraf biasanya cepat pada suatu kejadian dan berlangsung singkat. Pada sistem endokrin pengiriman pesan melalui hormon-hormon yang disekresikan ke dalam darah. Efek hormon terhadap suatu peristiwa lebih lambat bila dibandingkn dengan saraf. Tetapi mempunyai efek kegiatan yang lebih lama. Kegiatan sistem endokrin dapat terlokalisir pada suatu daerah atau menyeluruh pada semua sel-sel tubuh.
Kelenjar
Ada dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrinmelepaskan sekresinya ke dalam saluran, misalnya kelenjar eksokrin pada hati, pankreas( sebagian kelenjar endokrin ), dan kelenjar mamae dan kelenjar lakrimalis. Kelenjar endokrin mensekresikan hormonnya langsung menuju darah. Kelenjar endokrin meliputi :Pulau-pulau langerhan, Gonad( ovarii dan testis ), Adrenal, pituetary, tiroid, paratiroid )
Meskipun masing-masing kelenjar endokrin unik, namun mempunyai fungsi independent. Berbagai macam kelenjar juga melakukan fungsi interdependent. Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering juga mempengaruhi pelepasan hormon-hormon dari kelenjar yang lain. Fungsi interdependent akan membantu untuk mempertahankan kadar hormonal secara optimal dan homestasis .
HORMON DAN FUNGSINYA
Kata hormon diambil dari bahasa Yunani, yang artinya mengatur pergerakan. Hormon-hormon mengatur pergerakan pada berbagai proses pengaturan kehidupan yaitu: Pertumbuhan fisik dan intelektual, pubertas, reproduksi, metabolisme, perkembangan individu, reaksi terhadap stres dari lingkungan internal atau eksternal dan mempertahankan homestasis.
Menurut batasan tersebut, hormon adalah zat kimia yang disekresi kedalam cairan tubuh oleh sebuah sel/sekelompok sel/ kelenjar buntu, dibawa oleh darah ke sel-sel target/ sasaran dan mengendalikan serta mengatur fungsi-fungsi tersebut di dalam tubuh.
Penggolongan hormon
Secara kimiawi hormone merupakan kelompok zat yang dapat di klasifikasikan seperti dibawah ini :
1. Biogenic amines( epinefrine, norepinefrine )
2. Amino acid ( tyroxine )
3. Peptida ( vaso presin )
4. Protein ( pituetary, GH, H. Paratiroid , insulin, glukagon )
5. Steroid( aldosterone, cortisol, H. Androgen )
Beberapa hormon dapat dianggap sebagai hormon lokal karena bekerja dekat tempat dengan sekresinya. Contohnya adalah hormone-hormone pencernaan, seperti sekresin, gastrine. Hormon lokal dapat dimusnahkan lebih cepat.
Hormon umumnya diangkut keseluruh tubuh dan bekerja di organ yang letaknya jauh dari tempat asalnya( asal sekresinya ). Ada yang bekerja di hampir semua sel tubuh( tiroksin/ T4/ T3 ) dan ada yang bekerja hanyapada sel khusus ( ACTH ).
Fungsi Umum Hormon
Fungsi hormon secara umum mencakup semua aspek fungsi tubuh antara lain :
1. Metabolisme, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi.
2. Berperan dalan homeostasis yaitu mempertahankan lingkungan dalam tetap :
· Mengendalikan metabolisme karbohidrat dan protein.
· Mengendalikan keseimbangan air dan elektrolit
· Mengendalikan kadar gula darah.
3. Bekerja sama dengan sistem saraf :
Hormon mengintegrasikan jawaban organ dan jaringan tubuh yang berbeda-beda terhadap rangsang internal dan eksternal.
KARAKTERISTIK HORMON
Meskipun masing-masing hormon unik dalam strukrtur dan fungsi yang dimiliki, semua hormon secara umum mempunyai karakteristik seperti dibawah ini :
1. Hormon disekresikan secara siklus dan sebagai respon terhadap tubuh dan irama lingkungan. Misalnya, kadar dari hormon adrenocortical lebih rendah pada malam hari dan meningkat pada pagi hari. Kemudian turun kembali pada kadar yang lebbih rendah pada sore hari. Pola sekresi ini disebut pola diurnal. Kadar estrogen meningkat dan turun selama siklus menstruasi pola ini disebut pola silkus dan pulsatil.
2. Hormon mengontrol kecepatan aktifitas sel.
3. Hormon disekresikan dalam konsentrasi yang kecil. Bagaimanapun dalam jumlah kecil dapat lebih besar pengaruhnya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
4. Hormon mempengaruhi setiap sel yang memiliki receptor yang sesuai.
5. Hormon secara konstan dinon aktifkan oleh hepar dan dikeluarkan oleh ginjal.
PENGATURAN HORMON
Pelepasan hormon dari kelenjar induknya dikontrol oleh faktor kimia dan saraf.
a. Kontrol kimia
Kadar hormonal darah dikontrol melalui sistem negative feedback. Suatu hormon cukup dihasilkan untuk efek fisiologi normal, peningkatan lebih lanjut dalam sekresi dari hormon ini dapat dicegah melalui negative feedback. Misalnya peningkatan hormon ACTH dari kelenjar pituitary anterior akan merangsang peningkatan pelepasan hormon kortisol dari kortek adrenal, hal ini akan menyebabkan penurunan dari ACTH dan seterusnya. Penambahan kadar darah oleh substansi lain dari hormon akan mempengaruhi sekresi hormon. Misalnya pengaturan kadar kalsium darah diatur oleh parathormone yang di hasilkan oleh kelenjar para thyroid. Juga pelepasan insulin dari pulau-pula- langerhans di pankreas tergantung pada kadar glukosa darah.
b. Pengontrolan saraf
Sistem saraf otonom dan saraf pusat bereaksi terhadap rangsangan dari semua tipe, baik itu dari lingkungan internal maupun eksternal. Reaksi ini dikirimkan menuju hipothalamus suatu bagian vital dari sisten saraf pusat yang kemudian segera mengisyaratkan pada kelenjar pituetary. Rangsangan terhadap hipothalamus akan merangsang pelepasan hormon-hormon pituetary.
KELENJAR – KELENJAR ENDOKRIN
1. Kelenjar pituitary/hipofise
Kelenjar pituetary mempunyai ukuran 1cm dan berat 500mg. Kelenjar tersebut terletak di sella turcica dari tulang spenoid pada dasar tengkorak dan terpisah dengan ruang dari tulang spenoid. Sella turcica dekat chiasma optic. Secara nyata kelenjar pituetary terdiri dari 2 kelenjar yaitu Pituitary Anterior (adenohypofisi) dan Pituitary Posterior( neurohypofisis ).
Kelenjar pituitary anterior ( adeno hipofisis ) menghasilkan hormon :
a. Growth hormone(GH)/ Somatotropic hormone.
· merupakan suatu protein
· merangsang pertumbuhan sel-sel tubuh sampai ukuran dewasa
· mempengaruhi metabolisme lemak.
b. Prolactin/lactogen hormone.
· merupakan suatu protein.
· Merangsang sekresi air susu pada kelenjar mamae.
c. Follicle stimulating hormone( FSH).
· merangsang pertumbuhan folicle pada ovarii.
· Pada pria membantu mematangkan sperma.
c. Luteinizing Hormone ( LH )
· Merupakan glikoprotein
· Menyebabkan ovulasi dan merangsang pembentukan corpus luteum dan sekresi progesteron.
d. Interstitial cell stimulating hormone(ICSH)
· Merangsang sekresi dari tetosterone pada laki-laki.
f. Adenocorticotropic Hormone(ACTH)
· Merangsang kortek adrenal untuk mensekresikan kortisol/kortikosteroid.
g. Thyroid stimulating hormone( TSH)
· Merangsang thyroid untuk mensekresikan thyroxine.
Kelenjar pituetary Posterior
a. Antidiuretik Hormone ( ADH ).
· Mempengaruhi permiabilitas membrane tubulus ginjal untuk meningkatkan absorbsi air.
· Merangsang otot polos dari pencernaan dan pembuluh darah.
b. Oxytocine
· Merangsang kontraksi uterus dan pengeluaran air susu .
Hubungan antara hipotalamus dengan dengan kelenjar pituitary
Hypotalamus bertindak sebagai suatu penghubung yang penting antara mekanisme pengaturan neurologi dan hormonal. Hypotalamus bertindak sebagai pengontrol atas kelenjar pituetary dan kelenjar kelenjar lainya serta sel-sel tubuh. Hypotalamus( lokasinya pada jaringan disekitar ventrikel III ) dan lobus pituitary anterior berhubungan melaluihypotalamic–hypophyseal portal blood system, dimana neurosecretory releasing factor (RF) dan neuro secretory inhibiting factory(IF)yang disekresikan oleh hipotalamus menuju pituitary. Neurohypophysis langsung berhubungan dengan hypotalamus melalui hypothalamic - hypophyseal tract.
Kelenjar Thyroid
Kelenjar thiroid terletak pada bagian anterior dari leher( bagian inferior tulang kartilago hyoid ) dan beratnya 20 gram. Terdiri atas dua lobus yaitu lobus kanan dan kiri. Antara kedua lobus tersebut dihubungkan oleh isthmus dan terletak dibawah laring. Thyroid menyimpan iodine/yodium dan mensekresi hormon thyroid dan calsitonin. Klelenjar thyroid mensekresikan 3 hormon Yaitu
1. Thyroxine ( T 4 ).
· Berfungsi mengatur katabolisme protein, lemak dan karbohidrat didalam sel.
2. Triodothyronine ( T 3 ).
Berfungsi :
· Mengatur kecepatan metabolisme pada semua sel.
· Mengatur produksi panas tubuh.
· Antagonis insulin.
· Mempertahankan sekresi hormon pertumbuhan dan maturasi skeletal.
· Mempengaruhi perkembangan sususnan saraf pusat.
· Diperlukan untuk tonus otot dan kekuatan.
· Mempertahankan cardiac output, rate dan kekuatan kontraksi.
· Mempertahankan sekresi saluran cerna.
· Mempengaruhi kecepatan pernapasan dan penggunaan oksigen.
· Mempertahankan mobilisasi kalsium.
· Mempengaruhi produksi sel darah merah.
· Merangsang pergantian lipid, pelepasan asam lemak bebas dan sintesa cholesterol.
3. Hormon thyrocalcitonin
- menurunkan kadar kalsium darah dan fosfor, menurunkan absorbsi kalsium dan fosfor pada saluran pencernaan.
Produksi hormon thyroxine tergantung pada masukan protein dan iodine yang cukup dan adanya Thyrotropic Stimulating Hormon. Disamping itu juga dipengaruhi faktor lingkungan. Stres fisik dan psikologis dan terpapar udara dingin adalah faktor yang meningkatkan produksi hormon thyroxin, sedangkan faktor yang menekan sekresi thyroxin yaitu terpapaf panas yang lama, obat sulfanamid, salysilat dan penilbutason. Hormon thyroxin akan diubah menjadi tryodthyronin oleh jaringan target periferal.
Kelenjar Para thyroid
Terdiri empat kelompok kecil, yang terletak sangat bervariasi pada bagian posterior masing – masing lobus thyroid. Hormon yang dihasilkan adalah Parathormone atau hormone para thyroid, yang berfungsi secara utama untuk mempertahankan kadar kalsium dan fosfor, melalui aksi :
· Peningkatan penyerapan mineral tulang.
· Peningktan penyerapan kalsium melalui saluran cerna( vit D ).
· Menurunkan ekskresi kalsium urine.
· Meningkatkan ekskresi phosfor melalui urine.
Kelenjar adrenal
Kedua organ adrenal terletak pada jaringan retroperitoneal, dimana masing-masing terletak pada bagian atas dari ginjal. Ada dua kelenjar dari masing-masing organ adrenal. Kortek adrenal / lapisan paling luar dan medula adrenal atau bagian dalam.
Kortek adrenal mensekresikan 2 kelompok hormon yang diperlukan untuk hidup yaitu glukokortikoid, dimana kortisol hormon utamanya, dan hormon mineralocortikoid, dimana aldoterone hormon utamanya. Hormon kelompok ketiga yaitu hormon seks : androgen dan estrogen.
Medula adrenal mensekresikan epinephrine dan norepinephrine, yang memperbanya neurotransmiter yang diproduksi oleh sistem saraf simpatis. Katekolamine disekresi oleh medula adrenal diperlukan untuk mempertahan kehidupan, tetapi bila berlebihan akan menyebabkan hipertensi yang cukup serius.
Fungsi Hormon Adrenal
Hormon Glukokortikoid( kortisol )
· Mempertahan glukosa darah dengan meningkatkan glukoneogenesis; menurunkan kecepatan penggunaan glukosa oleh sel-sel.
· Meningkatkan katabolisme protein.
· Meningkatkan retensi sodium dan air.
· Anti inflamasi.
· Degradasi kolagen
· Menurunkan limposit T
· Meningkatkan neutrofil.
· Menurunkan pelepasan antibodi baru.
· Menurunkan basofil, eosinofil dan monosit.
· Menurunkan pembentukan jaringan parut.
· Meningkatkan pembentukan sel darah merah dan platelet.
· Meningkatkan produksi asam lambung dan pepsin.
· Mempertahankan kestabilan emosi.
Hormon Mineralokortikoid ( Aldosterone )
· Perangsang utama sistem renin-angiotensin.
· Sangat responsive untuk mempertahankan keadaan normovolumic dengan meningkatkan retensi natrium dan air pada tubulus distal.
· Menyebabkan pengeluaran potasium.
· Menyebabkan peningkatan ekskresi ion amonium dan magnesium.
Hormon Androgen
Fungsinya sama dengan hormon-hormon sek gonad.
Epinephrine dan norepinephrine.
· Diperlukan untuk mempertahankan fungsi integrasi dari neuroendokrine dari tubuh.
· Meningkatkan tekanan darah, heart rate dan menyebabkan vasokonstriksi.
· Merangsang perubahan glikogren menjadi glukosa.
· Merangsang glukoneogenesis.
· Meningkatkan lipolisis.
Kelenjar Pankreas
Pankreas adalah kelenjar eksokrine dan endokrine yang terletak di retroperineal dekat lambung, bagian kepala dan leher pada lengkung duodenum, bagian badan meluas kearah horizontal menyilang diiding abdominal posterior, dan bagian ekornya menyentuh limfa. Ada sekitar satu juta pulau sel-sel pada pankres.
Ada tiga tipe sel endokrin yaitu sel alpha yang mensekresikan glukagon. Sel beta mensekresikan insuline dan sel delta mensekresikan gastrine pankreatic somatostatin.
Fungsi dari hormon-hormon yang dihasilkan pankreas :
Hormon Insulin
· Menurunkan kadar glukosa darah.
· Meningkatkan pemakaian glukosa oleh jaringan adiposa dan sel-sel otot.
· Meningkatkan phosporylation glukosa oleh hati.
· Meningkatkan penggabungan asam amino menjadi protein.
Hormone glukagon
· Merangsang pengeluaran glikogen dan meningkatkan kadar glukosa darah.
· Menrangsang hati untuk merubah glikogen menjadi glukosa.
Pengaturan hormon insulin dan glukagon melalui umpan balik negative konsentrasi glukosa di dalam darah.
Kelenjar Gonads( Kel.Seks )
Pada wanita dihasilkan oeh ovarii yang terletak pada cavum pelvic. Hormon yang dihasilkan adalah :
Hormone estradiol ( estrogen )
· fungsinya merangsang perkembangan seks sekunder pada wanita selama pubertas dan mempertahankan reproduksi.
· Juga merangsang maturasi dari ovum ( di dalam ovarium ).
Hormon Progesteron.
· merangsang perkembangan lapisan uterus dan kelenjar mamae.
· Juga diperlukan untuk pembentukan plasenta untuk mempertahankan kehamilan.
Hormon Relaxine
· Disekresikan hanya selama trimester terakhir kehamilan.
· Untuk menolong melunakkan ligamen, khususnya simphisis.
Pada pria horman gonad dihasilkan organ testis( lokasinya di dalam skrotum ), dimana menghasilkan hormon tetosteron yang diperlukan untuk perkembangan seks sekunder pada pria selama pubertas dan mempertahankan sistem reproduksi selama hidup.
Kelenjar Thymus
Terletak dibawah sternum dan antara kedua paru. Hormon yang dihasilkan disebut Thymosin berfungsi untuk meragsang perkembangan sel-sel darah putih yang diproduksi untuk kekebalan.
Kelenjar Pineal
Terletak antara hemisphere cerebral dimana merupakan penonjolan dari serabut ventrikel III. menghasilkan hormone melatonin yang berfungsi dalam pengaturan siklus phenomena.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIABETES MILITUS
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,AN D protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)
– Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
– Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
– Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
– Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
– Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
– Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
2.Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a.Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.Faktor non genetik
1.)Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.
2.)Nutrisi
a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)Malnutrisi protein
c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.)Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat
3.Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a.Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b.Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1.)Non obesitas
2.)Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
c.Diabetes mellitus type lain
1.)diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
2.)Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.)diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
4.Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
5.Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a.Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b.Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c.Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e.Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6.Diagnosis
Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa
7.Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
a.Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
b.Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c.Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d.Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
a.Kurang tahan lapan dengan dietnya.
b.Mempunyai hyperkolestonemia.
c.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.
d.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e.Telah menderita diabetes dari 15 tahun
Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :
a.Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
b.Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
c.Masih muda perlu pertumbuhan.
d.Mengalami patah tulang.
e.Hamil dan menyusui.
f.Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g.Menderita tuberkulosis paru.
h.Menderita penyakit graves (morbus basedou).
i.Menderita selulitis.
j.Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
Indikasi B2 dan B3
Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet B2
a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.
b.Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
c.Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.
Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat diet B3
a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b.Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
c.Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
d.Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
e.Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.
Penyuluhan kesehatan.
Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.
a.Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
b.Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c.Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d.Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
a.Kurang tahan lapan dengan dietnya.
b.Mempunyai hyperkolestonemia.
c.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.
d.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e.Telah menderita diabetes dari 15 tahun
Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :
a.Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
b.Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
c.Masih muda perlu pertumbuhan.
d.Mengalami patah tulang.
e.Hamil dan menyusui.
f.Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g.Menderita tuberkulosis paru.
h.Menderita penyakit graves (morbus basedou).
i.Menderita selulitis.
j.Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
Indikasi B2 dan B3
Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet B2
a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.
b.Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
c.Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.
Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat diet B3
a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b.Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
c.Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
d.Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
e.Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.
Penyuluhan kesehatan.
Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.
8.Komplikasi
a.Akut
1.)Hypoglikemia
2.)Ketoasidosis
3.)Diabetik
b.Kronik
1.)Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2.)Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.)Neuropati diabetic.
B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.
1.Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a.Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c.Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
2.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3.Rencana Keperawatan
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
3.)Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4.)Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
3.)Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4.)Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2.)Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3.)Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.)Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5.)Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3).Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4).Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4.)Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan :
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.)Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.)Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.)Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.)Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2.)Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1.)Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2.)Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.)Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
4.)Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Price. S.A. (1995). Patofisiologi, Edisi Kedua, Jakarta : EGC.
Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Price. S.A. (1995). Patofisiologi, Edisi Kedua, Jakarta : EGC.
Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar