Selasa, 20 Oktober 2015

SISTEM INTEGUMEN

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN

                                                 ANATOMI FISIOLOGI KULIT

 
Pengertian kulit

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga lubang-lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.

Lapisan kulit

1.    Epidermis
•    Stratum korneum.
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng, kering, tidak berinti, inti selnya sudah mati, dan megandung zat keratin.

•    Stratum lusidum.
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pipa yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat disebut stratum lusidum.

•    Stratum granulosum.
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan inti ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi benda asing, kuman dan bahn kimia masuk ke dalam tubuh.

•    Stratum spinosum/stratum akantosum.
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan . sel-selnya disebut spinosum karena jika dilihat di bawah mikroskop, sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal/banyak sudut dari mempunyai tanduk (spina). Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar. Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki. Disebut akantosum sebab sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelulair bridges atau jembatan interselular.

•    Stratum Basal/Germinativum.

Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian basal/basis, stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna.
Sel tersebut disusun seperti pagar pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran disebut membran basalis, sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari pada epidermis dengan dermis.
Ternyata batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada waktu korium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit). Dipihak lain epidermis menonjol kea rah korium, tonjolan ini disebut Rute Ridges atau rete peg = prosessus inter papilaris.

2.    Dermis.
Struktur lapisan dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tapi batas ini tidak jelas hanya diambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari 2 lapisan:
    Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar).
    Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).
Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari serabut-serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang berbeda.
Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastic untuk memberikan kelenturan pada klit, dan retikulus terdapat terutama disekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.

Unsur sel:

Unsur utama sel dermis adalah fibroblast, makrofag, dan terdapat sel lemak yang berkelompok. Disamping itu ada juga sel jaringan ikat bercabang dan berpigmen pada lingkungan epidermis yang banyak mengandung pigmen misalnya areola mammae dan sekitar anus.
 

Serat otot:
Serat otot polos dijumpai di dalam dermis tersusun membentuk berkas dihubungkan dengan folikel rambut (muskulus erector fili) bertebaran diseluruh dermis dalam jumlah yang cukup banyak pada kulit, putting susu, penis, skrotum dan sebagian perenium.

3.    Subkutis
       Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut perikulus adiposus, yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).
Guna perikulus adiposus adalah sebagai Shok breker = pegas/bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, Isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbun kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

Jaringan kulit

Kulit disebut juga integument atau kutis yang tumbuh dari dua macam jaringanyaitu jaringan epitelyang menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang) yang  menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam).
Kelenjar-kelenjar kulit.
Kelenjar kulit meliputi kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar mamae.

a)    Kelenjar sebasea.
Kelenjar ini berhubungan dengan folikel rambut yang bermuara dalam sebuah folikel rambut. Kelenjar yang tidak berhubungan dengan folikel rambut bermuara langsung ke permukaan kulit seperti yang terdapat pada glans penis, labium minus, dan kelenjar tarsalia pada kelopak mata.
Kelenjar ini terletak dalam dermis dan tidak terdapat pada kulit telapak kaki dan tangan. Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar sebasea terutama terjadi selama pubertas di bawah control hormone, sekresi sebum terjadi terus menerus dan bermanfaat  untuk pemeliharaan kesehatan kulit.

b)    Kelenjar keringat.
Kelenjar keringat adalah kelenjar tubular bergelung yang tidak bercabang; terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis dan gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan kaki. Bagian sekretorisnya terletak di dalam dermis atau hypodermis dan bergabung membentuk massa tersendiri.
Duktusnya keluar menuju epidermis dan berjalan berkelok-kelok menyatu dengan epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai permukaan kulit. Tempat bermuaranya disebut pori keringat. Terdapat 2 macam kelenjar keringat yaitu kelenjar keringat ekrin dan apokrin.
1)    Kelenjar keringat ekrin.
Tersebar diseluruh kulit tubuh, kecuali kulup penis bagian dalam dan telinga luar, telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Badan kelenjar terdapat diantara perbatasan kulit ari (epidermis) dan kulit dermis. Salurannya berkelok-kelok keluar dan berada pada lapisan jangat yang berjalan lurus ke pori-pori keringat.
2)    Kelenjar keringat apokrin.
Kelenjar keringat yang besar dan hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit putting susu, kulit sekitar alat kelamin dan dubur.
Kelenjar ini terletak lebih dalam dan saluran keduanya berbelok-belok kemudian lurus menuju epidermis dan bermuara pada folikel rambut.

c)    Kelenjar payudara (glandula mamae).
Glandula mamae termasuk kelenjar kulit karena berasal dari lapisan ektodermal yang secara fungsional termasuk sistem reproduksi. Kelenjar ini terletak di atas fasia pektoralis superfisilis yang dihubungkan dengan perantaraan jaringan ikat longgar dan jaringan lemak. Kelenjar ini melekat erat dengan kulit diatasnya. Disekitar putting susu (papila mamae) terdapat reticulum kutis yang tumbuh dengan baik dan dinamakan ligamentum suspensorium. Ke dalam putting susu bermuara 15-20 duktuli laktiferus.
Disekitar papilla mamae terdapat areala mamae yang mengandung kelenjar sebasea montgomeri (glandula areola mammae) yang berfungsi untuk melindungi dan melicinkan putting susu pada waktu bayi mengisap. Pada wanita yang tidak hamil dan tidak menyusui, alveoli tampak kecil dan padat berisi sel-sel granular. Pada waktu hamil, alveoli akan membesar dan sel-sel membesar.

Pigmentasi kulit.
Warna kulit ditentukan oleh faktor warna kulitnya sendiri. Kandungan karoten (pigmen) darah pada pembuluh darah, dermis memberikan warna kemerahan dan kandungan pigmen melanin memberikan bayangan coklat.
Melanin terletak di dalam lapisan basal dan bagian bawah lapisan taju yang dibuat oleh epidermis khusus yaitu melanosit yang bertebaran diantara keratinosit lapis basal dan lapis taju dalam folikel rambut dan jaringan ikat dermis. Perbedaan warna kulit disebabkan oleh karena perbedaan jumlah dan ukuran melanosom di dalam keratinosit.
pigmentasi kulit tergantung dari berbagai faktor yaitu keturunan, hormone, dan lingkungan. Faktor genetic mempengaruhi ukuran satuan melanin epidermis. Hormone pemacu malanosit MSH (melanosit stimulating hormon) merangsang perpindahan melanosom ke dalam cabang-cabang sitoplasma melanosit dan keratinosit. Faktor lingkungan seperti ultraviolet meningkatkan kegiatan enzim melanosit serta meningkatkan produksi melanin dan penimbunannya di dalam keratinosit sehingga kulit menjadi coklat.

Pembuluh darah.
Pembuluhdarah kulit terdiri dari 2 anyaman pembuluh darah nadi yaitu:
1)    Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar.
Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap papilla kori.
2)    Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam.

Anyaman ini terdapat antar korium dan subkutis, anyaman ini memberikan cabang-cabang pembuluh nadi kea lat-alat tambahan yang terdapat di korium.

Dalam hal ini percabangan juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan menjadi pembuluh darah balik/vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu anyaman pembuluh darah balik yang ke dalam.
Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali oleh karena diperkirakan 1/5 dari darah yang beredar malalui kulit. Disamping itu pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit/melebar oleh pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyaeri dan emosi, penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara reflek.

Saraf kulit.

Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saaf sensorik.
Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang terdapat pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit ujung-ujung, saraf sensorik ini membentuk bermacam-macam kegiatan untuk menerima rangsangan.
Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri banyak terdapat di epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ.

Pelengkap kulit.

a.    Kuku.
Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal falang terkhir jaringan dan jari kaki. Strukturnya berhubungan dengan dermis dan epidermis.
1)    Struktur kuku.
Alat kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku, epidermis yang tepat di bawahnya menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas dan diapit oleh lipatan kulit yang merupakan dinding kuku. Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas. Badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan karena ada pembuluh kapiler darah di dalam dasr kuku.
Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke permukaan lempeng kuku sebgai epikondrium atau kutikula.
Bagian dari kuku, terdiri dari:
    Ujung kuku atas ujung batas.
    Badan kuku yang merupakan bagian yang besar.
    Akar kuku (radik).

2)    Pertumbuhan kuku.

Dengan bertambahnya sel-sel baru dalam akar, kuku menghasilkan geseran lambat lempeng kuku di atas dasr kuku. Laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5 mm perminggu.

b.    Rambut.
Rambut merupakan benang keratin elastic yang berkembang dari epidermis dan tersebar disekujur tubuh kecuali telapak kaki dan telapak tangan, permukaan dorsal falang distal, lingkung lubang dubur dan urogenital. Setiap rambut mempunyai batang yang bebas dan akan yang tertanam dalam kulit.
Akar rambut dibungkus oleh folikel rambut yang berbentuk dari bagian yang bersal dari epidermis (epitel) dan bagian yang berasal dari dermis (jaringan ikat).

1)    Struktur rambut:
Medula. Merupakn bagian tengah rambut yang longgar terdiri dari 2-3 lapis sel kubis yang mengkerut satu sam lain, dan dipisahkn oleh ruang berisi udara.
Korteks. Merupakan bagian utama rambut yang terbentuk dari beberapa lapis sel gepeng, panjang, dan berbentuk gelombang yang membentuk keratin keras.
Kutikula. Terdapat pada permukaan, selapis sel tipis, jernih dan kutikula tidak berinti, kecuali yang terdapat pada akar rambut.

2)    Folikel rambut.
Folikel rambut merupakan selubung yang terdiri dari sarung jaringan ikat bagian luar (sarang akar dermis) yang berasal dari dermis dan sarung akar epitel bagian dalam berasal dari epidermis. Folikel yang mengembung membentuk bulbus rambut dan berhubungan dengan papilla di tempat persatuan akar rambut dan selubungnya.

3)    Sarung akar asal dermis.

Lapisan paling luar berkas serat kolagen kasar yang berjalan memanjang sesuai dengan lapisan reticular dermis.
Lapisan tengah lebih tebal sesuai dengan lapisan papilla dermis. Lapisan dalam berupa sabk homogeny sempit yang disebut glassy, membrane basal di bawah epidermis. Sarung akar rambut luar mempunyai selapis sel polygonal yang menyerupai sel-sel stratum spinosum epidermis.
Sedangkan sarung akar rambut dalam merupakan sarung berat tanduk yang membungkus akar rambut yang sedang tumbuh, menghasilkan keratin lunak, juga ditemukan pada epidermis.

4)    Susunan rambut:
a)      Batang rambut, merupakan bagian rambut yang terdapat di luar kulit. Kalau dilihat potongan sebuah rambut dari luar ke dalam sbb:
        (1)   Selaput rambut (kutikula), merupakan lapisan yang paling luar dan terdiri dari sel-sel tandukyang tersusun disasak dengan baik.
        (2)   Kulit rambut.
Korteks rambut merupakan lapisan kulit yang paling tebal dan terdiri dari lapisan tanduk berbentuk kumparan yang tersusun memanjang dan mengandung butir-butir mielin.
        (3)   Sumsum rambut (medula), merupakan bagian yang paling dalam yang dibentuk oleh sel tanduk dan bentuknya seperti anyaman dengan rongga yang berisi udara.
        (4)   Akar rambut
Merupakan bagian rambut yang tertanam miring dalam kulit dan terselubung oleh kandung rambut (folikel rambut). Akar rambut ini tertanan amat dalam hingga dapat mencapai lapisan hypodermis.
Akar rambut terdiri dari:
Kandung rambut yaitu tabung yang menyelubungi akar rambut mulai dari permukaan kulit samapai pada bagian umbi rambut.
Papil rambut, merupakan bagian bawah folikel rambut yang berbentuk lonjong seperti telur yang ujung bawahnya terbuka dan berisi jaringan ikat tanpa serabut elastic.
Umbi rambut (tunas rambut) merupakan bagian akar rambut yang melebar dan merupakan sel bening yang terus menerus bertambah banyak dan berkembang secara mitosis.
       (5)   Otot penegak rambut
Muskulus erector pili merupakan otot penegak rambut yang terdiri dari otot polos yang terdapat pada kandung rambut dengan perantaraan serabut elastic. Bila otot ini berkontraksi, rambut akan tegak dan kelenjar akan mengalami kompresi sehingga isinya akan didorong keluar untuk melumas rambut.
       (6)   Pertumbuhan rambut.
Pertumbuhan rambut terjadi sebagai hasil mitosis sel-sel matriks yang berasal dari epidermis dan belum berdiferensiasi yang terletak di atas sekitar puncak papilla rambut. Sel-sel pada dasar folikel menjadi sarung akar rambut luar sel-sel matriks rambut merupakan tratum malpigi epidermis yang akhirnya menjadi sel-sel ber zat tanduk. Rambut mempunyai masa pertumbuhan tertentu yaitu untuk rambut kepala 0-3 tahun dan bulu mata 3-4 bulan.

Kulit sebagai indera peraba.

Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf, di kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang, panas, dingin, dan sakit ditimbulkan karena tekanan yang dalam dan rasa yang berat dari suatu benda misalnya mengenai otot dan tulang.
Panca indera peraba terdapat pada kulit disamping itu kulit juga sebagai pelepas panas yang ada pada tubuh, kulit menutupi dan berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang. Kulit mempunyai banyak ujung-ujung saraf peraba yang menerima rangsangan dari luar diteruskan kepusat saraf di otak.

Sensasi indera peraba dari kulit.
Sensasi kulit terdiri dari rasa, raba, tekanan, panas, dingin, dan rasa sakit. Reseptor-reseptor tersebar luas pada lapisan epitel dan jaringan ikat tubuh manusia. Reseptor masing-masing berbeda-beda, yang terbanyak adalah reseptor rasa sakit, kemudian sensasi raba, dingin, dan panas.
Reseptor yang terletak di lapisan epitel, ditemukan pada mukos mulut dan traktus respiratorius untuk rasa raba dan rasa sakit, dan jaringan pitel gepeng berlapis-lapis  pada bagian akar rambut. Reseptor yang terletak pada jaringan ikat sangat banyak terletak pada kulit dibawah lapisan mukosa disekitar sendi, pleura, endokardium, peritoneum, dan lain-lain.

Rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf di dalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang panas, dingin, sakit, semua perasaan ini berlainan. Di dalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu yaitu tempat perabaan sensitive terhadap dingin dan sakit. Perasaan yang disebabkan tekanan yang sangat dalam dan rasa yang memungkinkan seseorang menentukan dan menilai berat suatu benda timbul pada struktur lebih dalam misalnya pada otot dan sendi.

Fungsi kulit

Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu:
I.    Fungsi proteksi.
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turutberperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara PH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.

II.    Fungsi absorbs.
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah diantara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis.

III.    Fungsi kulit sebagai pengatur panas.
Suhu tubuh tetap stabil messkipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan pembuluuh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin).

IV.    Fungsi ekskresi.
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolism dalam tubuh berupa NaCl, urea, asamurat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungikulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.

V.    Fungsi persepsi.
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papilla dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya didaerah yang erotik.

Reaksi putih.

Bila ujung  suatu objek ditekan perlahan-lahan pada kulit, garis tekanan menjadi pucat (reaksi putih). Rangsangan mekanik menimbulkan konstriksi sfingter kapiler dan darah mengalir keluar dari kapiler, respons ini tampak kira-kira 15 detik.

Tripel Respons.
Bila kulit ditekan lebih keras lagi dengan alat yang runcing, sebagian reaksi putih terdapat kemerahan. Pada tempat tersebut diikuti pembengkakan, bintik kemerahan sekitar luka yang disebabkan dilatasi kapiler merupakan suatu respons langsung dari kapiler terhadap tekanan. Pembengkakan local disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan venolus. Kemerahan karena dilatasi arteriola dan denarvasi karena hambatan saraf menimbulkan rasa nyeri.

Hiperemia Aktif.

Hiperemia aktif yaitu kelainan jumlah darah dalam suatudaerah yang dihidupkan kembali setelah periode penyumbatan atau tekanan. Respons pembuluh darah yang terjadi pada organ dalam kulit darah mengalir dalam pembuluh darah yang melebar membuat kulit menjadi sangat merah karena efek lokal hipoksia dan dipengaruhi oleh zat kimia.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SYNDROME STEVEN JOHNSON

A.    Definisi
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula dapat disertai purpura (Djuanda, 1993: 127).
Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis (Junadi, 1982: 480).
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk (Mansjoer, A. 2000: 136).

B.     Etiologi
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab adalah:
a)      Alergi obat secara sistemik (misalnya penisilin, analgetik, arti piuretik)
·         Penisilline dan semisentetiknya
·         Sthreptomicine
·         Sulfonamida
·         Tetrasiklin
·         Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan paracetamol)
·         Kloepromazin
·         Karbamazepin
·         Kirin Antipirin
·         Tegretol
b)     Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)
·         Neoplasma dan faktor endokrin
c)      Faktor fisik (sinar matahari, radiasi, sinar-X)
d)     Makanan

C.    Tanda dan gejala
Sindroma Steven Johnson ini umunya terdapat pada anak dan dewasa, jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari baik sampai buruk sampai kesadarannya spoor dan koma. Berawal dari penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Trias Steven Johnson (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 601) adalah :
a)      Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula yang kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Purpura dapat terjadi dan prognosisnya menjadi lebih buruk. Pada keadaan berat kelainannya generalisata.
b)      Kelainan selaput lendir orifisium, yang tersering ialah mukosa mulut (100%), orifisium genitalia eksterna  (50 %), lubang hidung (8%), dan anus (4%).
c)      Kelainan mata (80%) yang tersering konjungtivitis kataralis. Dapat terjadi konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
d)     Selain kelainan tersebut dapat terjadi kelainan lain, misalnya nefritis dan onikolisis.

D.    Patofisiologi
Menurut Ignatavicius, Workman (2008, hlm.1614), Syndrom Steven Johnson disebabkan karena adanya trauma dan kelainan neurologis yang akan mengakibatkan gangguan syaraf pernafasan dan otot pernafasan sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas membran alveolar kapiler. Karena gangguan tersebut dapat menyebabkan adanya dua macam gangguan yaitu yang pertama yaitu apithelium alveolar yang menyebabkan penumpukan cairan alveoli sehingga terjadi edema pulmo sehingga penurunan comlain paru, cairan surfaktan menurun dan mengakibatkan gangguan pengembangan paru sehingga terjadi ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang dengan penyakit hipoksemia dan hiperkpnia denga melakukan tindakan primer tetapi menyababkan dampak ventilasi mekanik seperti resiko infeksi dan resiko cedera. Sedangkan gangguan yang kedua adalah yaitu  gangguan endothelium kapiler dengan cairan masuk keintestinal sehingga peningkatan tahanan nafas dan kehilangan fungsi silia saluran pernafasan dan bersihan jalan nafas tidak efektif.

E.     Penatalaksanaan
1.      Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).
2.      Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
3.      Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
4.      Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase. Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.
Tes diagnostic
A.    Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada pemeriksaan labor (selain biopsi) yang dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosa.
B.     Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah putih yang normal atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah putih dapat mengindikasikan kemungkinan infeksi bakterial berat.
C.     Determine renal function and evaluate urine for blood.
D.    Pemeriksaan elektrolit
E.     Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
F.      Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi dapat dilakukan
G.    Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis
H.    Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnosa.



ASUHAN KEPERAWATAN STEVEN JOHNSON
A.    Pengkajian
1.      Biodata
Nama               : Tn. X
Umur                : 30
Pekerjaan         : PNS
2.      Riwayat kesehatan
a.      Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri seperti panas terbakar.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengalami eritema, vesikel, bula dan terjadi purpuraberat badan menurunsulit menelantidak selera makannyeri tenggorokan.
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit menular.
3.      Pengkajian pola fungsional
1)      Pola nafas
Sebelum sakit  : Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu
 pernafasan.
Saat dikaji       : Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu
 pernafasan.
2)      Nutrisi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan 3x sehari dengan porsi nasi
 dengan lauk pauk seadanya dan minum air putih  6-7
 gelas.
Saat dikaji       : Pasien hanya menghabiskan setengah porsi makan
                         yang disediakan dari rumah sakit dan mual muntah
 ketika makan . minum air putih 5 gelas perhari dan 
 minum air teh.
3)      Eliminasi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dengan
 konsistensi padat,warna kuning,BAK 4-5 x/hari
 dengan warna kuning jernih.
Saat dikaji       : Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan
 konsistensi lembek , warna kuning kecoklatan,berbau
 khas fese. BAK 4 – 7 kali sehari dengan warna
 kuning keruh seperti teh.
4)      Pola istirahat tidur
Sebelum sakit  : Pasien bisa tidur 7-8 jam/hari tanpa ada gangguan
 jarang tidur siang.
Saat dikaji       : Pasien mengatakan tidak bisa tidur semalaman dan
 juga siang tidak bisa tidur.
5)      Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit  : Pasien dapat melakukan kegiatan dan aktifitas tanpa
 bantuan orang lain.
Saat dikaji       : Pasien tidak dapat bergerak bebas karena badanya
 nyeri. Aktivitas sehari – hari seperti mandi, makan,
 BAB, BAK dibantu perawat dan
 keluarga.
6)      Personal higine
Sebelum sakit  : Pasien mnegatakn 2x/hari dengan mengguanakan
 sabun dan selau gosok gigi keramas 2x seminggu.
Saat dikaji       : Pasien hanya diseka oleh keluarganya pagi dan sore
 hari.
7)      Berpakaian
Sebelum sakit  : Pasien memilih dan memakai secara mandiri.
Saat dikaji       : Pasien berpakaian dengan dibantu oleh keluarga.
8)      Mempertahankan suhu tubuh
Sebelum sakit  : Pasien mnegatakan jika dingin memakai jaket dan
 slimut jika panas pasien hanya memakai baju yang
 tipis dan menyerap kringat.
Saat dikaji       : Pasien tidak memakai baju dan hanya memakai sarung
 dan slimut , suhu 36,4oC
9)      Rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit  : Pasien merasa aman dan nyaman.
Saat dikaji       : Pasien merasa tidaknyaman karena badannya terasa
 nyeri seperti terbakar.
10)  Komunikasi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan
 orang lain dengan lancer baik bis amenggunakan
 bahaasa jawa dan Indonesia.
Saat dikaji       : Pasien mengatakan kawatir bila penyakitnya tak
 sembuh.
11)  Bekerja
Sebelum sakit  : Pasien bekerja sebagai petani.
Saat dikaji       : Pasien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa
12)  Ibadah
Sebelun sakit   : Pasien mnengatatkan beragama islam dan biasa
                         menjalankan sholat 5 waktu.
Saat dikaji       : Pasien dapat menjalankan ibadah sholat 5 waktu.
13)  Rekreasi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan untuk mengisi waktu luangnya
                         passion slalu berkumpul dengan kluarga terdekat atau
 keluarga.
Saat dikaji       : Pasien hanya tiduran ditempat tidur dan berbincang-
 bincang dengan kluarga dan pasien sebelahnya.
14)  Belajar
Sebelum sakit  : Pasien mngatakan tidak mengetahui tantang penyakit
 sekarang.
Saat dikaji       : Pasien mendapatkan informasi tentang penyakit dari
 dokter dan perawat.
4.      Pemeriksaan fisik
·         Tanda-tanda vital
1)      Keadaan umum           : compos mentis
2)      Tekanan darah             : 120/70 mmHg
3)      Nadi                            : 70 x/menit
4)      Suhu                            : 370C
5)      Respirasi                      : 25 x/menit
·         Head to toe
1)      Kulit dan rambut
Inspeksi
Warna kulit                 : merah muda (normal), tidak ada lesi
Jumlah rambut             : tidak rontok
Warna rambut             : hitam
Kebersihan rambut      : bersih
Warna kulit sawo matang, terdapat eritema.
2)      Kepala
Inspeksi           : Bentuk simetris antara kanan dan kiri
             Bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan.
3)      Mata
Inspeksi           : Bentuk bola mata lonjong,sklera ikhterik.
4)      Telinga
Inspeksi           : Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri,
 tidak ada serumen pada lubang telinga, tidak
 ada benjolan.
5)      Hidung
Inspeksi           : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
Palpasi             : Tidak ada benjolan.
6)      Mulut
Inspeksi           : Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih,
                         mukosa lembab.
7)      Leher
Inspeksi           : Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan
 di leher.
Palpasi             : ada nyeri telan.
8)      Paru
Inspeksi           : simetris antara kanan dan kiri
Palpasi             : getaran lokal femitus sama antara kanan dan
  kiri
Auskultasi        : normal
Perkusi            : resonan
9)      Abdomen
Inspeksi           : perut datar simetris antara kanan dan kiri
Palpasi             : tidak ada nyeri
Perkusi            : resonan
5.      Pemeriksaan penunjang
a)      Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada pemeriksaan labor (selain biopsi) yang dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosa.
b)     Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah putih yang normal atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah putih dapat mengindikasikan kemungkinan infeksi bakterial berat.
c)      Determine renal function and evaluate urine for blood.
d)     Pemeriksaan elektrolit
e)      Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
f)       Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi dapat dilakukan.
g)      Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis
h)     Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnosa.
B.     Analisa data
No.
Tgl/jam
Data fokus
Etiologi
Problem
1.       

Ds:
-          Pasien mengatakan nyeri seperti panas terbakar
Do:
-          Kulit terlihat kemerahan
-          Eritema
-          Terdapat bula dan terjadi pupura
Inflamasi dermal dan epidermal
Gangguan integritas kulit
2.       

Ds:
-          Pasien mengatakan kesulitan saat menelan
-          Pasien mengatakan tidak selera makan
-          Pasien mengatakan nyeri saat menelan
Do:
-          Berat badan menurun
-          Pasien terlihat pucat dan lemah
Kesulitan menelan
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.       

Ds:
-          Pasien mengatakan nyeri
-          P:  nyeri saat bergerak
-          Q: seperti terbakar
-          R: dikulit
-          S: 7
-          T: saat bergerak
Do:
-          Pasien tampak menahan nyeri
-          Pasien tampak merengek
Inflamasipada kulit
Nyeri akut

C.    Diagnose keperawatan
1)      Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal.
2)      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
3)      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit.

D.    Intervensi keperawatan
No.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.       
Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal
Diharapkan inflamasi dermal dan epidermal berkurang

kriteria hasil : Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh
Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.

Inspeksi kulit pasien setiap pergantian tugas jaga,dokumentasi kondisi kulit dan laporkan setiap perubahan keadaan.

Lakukan perawatan luka pada kulit agar infeksi tidak meluas dan untuk mempercepat proses penyembuhan.

Ubah posisi pasien minimal 2 jam dan ikuti jadwal pengubahan posisi yang dipasang disamping tempat tidur Pantau pengubahan posisi.

Kolaborasi dengan tim medis
2.       
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
Setelah dilakukan pemenuhan nutrisi selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
·         Menunjukkan berat badan stabil.

Peningkatan berat badan
Kaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak disukai.
Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.
Hidangkan makanan dalam keadaan hangat.
Kolaborasi dengan ahli gizi.
3.       
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit
Setelah dilakukan perawatan pemenuhan rasa nyaman selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
Klien melaporkan nyeri berkurang.
Menunjukkan ekspresi wajah rileks.
Postur tubuh rileks.
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.
Berikan tindakan kenyamanan dasar ex: pijatan pada area yang sakit.
Pantau TTV.
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

E.     Implementasi keperawatan
No.
Tgl/jam
Diagnosa
Implementasi
1.       

Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal
Mengobservasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.

Menginspeksi kulit pasien setiap pergantian tugas jaga,dokumentasi kondisi kulit dan laporkan setiap perubahan keadaan.

Melakukan perawatan luka pada kulit agar infeksi tidak meluas dan untuk mempercepat proses penyembuhan.

Mengubah posisi pasien minimal 2 jam dan ikuti jadwal pengubahan posisi yang dipasang disamping tempat tidur Pantau pengubahan posisi.

Mengkolaborasi dengan tim medis.
2.       

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
Mengkaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak disukai.
Memberikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.
Menghidangkan makanan dalam keadaan hangat.
Mengkolaborasi dengan ahli gizi.
3.       

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit
Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.
Memberikan tindakan kenyamanan dasar ex: pijatan pada area yang sakit.
Memantau TTV.
Mengkolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

F.     Evaluasi
No.
Tgl/jam
SOAP
1.       

S: pasien mengatakan tidak merasa nyeri seperti terbakar.
O: Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh.
A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.
2.       

S: pasien mengatakan sudah tidak mengalami kesusahan menelan.
O: berat badan pasien dalam rentang normal.
A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.
3.       

S: pasien tidak merasa nyeri lagi
O: pasien terlihat rileks
A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.

DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUIJakarta : 2000.
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku PatofisiologiJakarta: EGC.
Djuanda, Adi. 2000. ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 3. Jakarta : FKUI.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2Jakarta: EGC.
Http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2005/02/03brk
November 29, 2008 | Filed Under ASKEP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar